Monday, August 31, 2009

Berinfak Pada Negara

Judul tulisan ini 'Berinfak pada Negara'. Agak menggelikan mungkin. Biasanya yang kita dengar petuah 'orang bijak taat pajak', atau 'tunaikan pajak Anda', dan seterusnya.

Kegelian ini berangkat dari keprihatinan tatkala kerap mendengar betapa banyak pemangku jabatan yang selalu saja hendak mereguk berbagai fasilitas negara untuk kepuasan dan kesejahteraan mereka. Mengapa akhir-akhir ini banyak sekali keputusan-keputusan yang 'melukai' hati rakyat dan negaranya.

Dari menuntut kenaikan gaji hingga menuntut beragam fasilitas. Laptop misalnya. Wajah empati yang kerontang tatkala kita sama-sama tahu negara sedang babak belur mengatasi kemiskinan rakyatnya sendiri.

Utang negara yang terus membengkak sama sekali tidak mengendurkan syahwat para pemangku jabatan untuk meminta ini dan itu.

Kita semua mafhum negara ini sedang rapuh. Karena itu, kita yang mengaku mencintai negara ini mestinya makin memahami kerapuhan itu agar empati ingin membantu negara ini membumi, terutama bagi mereka yang sudah terbiasa mendapat jatah fasilitas negara. Bisakah para pejabat, elit, dll menjadikan rasa malu sebagai busana diri. Tidak aji mumpung lantaran tengah berada di puncak jabatan.

Tentang berinfak pada negara ini saya punya teman sejawat yang kerja di lembaga sosial. Mobilitasnya yang tinggi dengan tugas lembaga seabrek memaksa ia mesti punya laptop. Meminta pada lembaga ia malu. Empatinya tumbuh lantaran menjiwai keberadaannya sebagai orang yang bekerja untuk kemaslahatan umat.

Rekan sejawat saya akhirnya memutuskan membeli laptop dengan cara mencicil pada lembaga. Meski secara jabatan dia layak mendapat fasilitas sebuah laptop, kerap ia merasa belum mampu menjadi pemberi pada lembaga ini. Maka dengan cara cicilan ini ia berusaha tidak membebani lembaga. "Mungkin ini infak saya," akunya.

Menilik profesinya, rekan sejawat saya tak jauh beda dengan anggota dewan, pegawai negeri maupun para pemangku jabatan lainnya. Mereka sama-sama bekerja atas nama kepentingan rakyat sebagai domain dari stakeholder negara. Yang membedakan cuma gaji dan fasilitasnya. Yang pasti pendapatan teman saya masih di bawah sejahtera. Dilihat sumber dananya sama-sama dari dana masyarakat.

Dalam situasi seperti sekarang ini, kemauan berbagi pada lembaga, sebagai miniatur pengabdian pada negara, terasa seperti oase. Maklumlah sudah terbiasa kita mengetahui betapa banyak fasilitas diberikan negara kepada banyak pemangku jabatan, tapi entah berapa tingginya pengabdian mereka pada negara.

Anggaran negara cuma mengalokasikan dana pembangunan sebesar 25 persen, sisanya habis untuk anggaran rutin, sebagian lagi untuk membayar bunga SBI.

Dalam kalkulasi normatif, mengurangi anggaran fasilitas para pemangku jabatan seperti hal yang muskil. Maklum parameter menyusun anggaran, tidak ubahnya seperti metode penetapan harga jual. Jika anggaran saya kemarin x triliun, tahun ini ya harus bertambah x + 1 triliun, hampir tidak biasa ada pengurangan anggaran dari tahun-tahun sebelumnya. Ini berdampak pada kurangnya anggaran pendidikan dan anggaran jatah rakyat miskin.

Jika kita, para elit dan pemangku jabatan di negeri ini benar-benar tulus mencintai negaranya, kita harus membangun pioner-pioner abdi negara yang berani berinfak pada negara. Perkembangan trend zakat di Indonesia, sudah sangat dahsyat dalam lima tahun terakhir ini. Peningkatan trend fundraising zakat, adalah bukti komitmen sosial dan kepedulian masyarakat.

Perkembangan yang baik ini seyogyanya menular pada para pemangku jabatan untuk berlaku sama. Syukur-syukur menjadi teladan dan pelopor perubahan agar bangsa bernasib lebih baik. Membatasi diri dengan tidak selalu menuntut bermacam fasilitas, cukuplah sebagai pembelajaran berinfak pada negara. Jika kita memang tulus mencintai bangsa ini.

*)detik.com (by.Kusnandar Business Director Dompet Dhuafa)

Tata Cara Penjualan Kendaraan Peorangan Dinas Kepada Pejabat Negara, Mantan Pejabat Negara dan Aparatur Sipil Negara (ASN)

PERMENDAGRI NOMOR 19 TAHUN TAHUN 2016 Pasal 358 Syarat Kendaraan yang dapat dijual tanpa melalui lelang kepada Pejabat Negara da...